Puisi: MENCARI SEBUAH HARAPAN

Membuat puisi dengan latar gambar Patung Doa Tangan - Foto gratis di Pixabay


---Aco Matital---


Menapaki jejak hidup di awal perjalanan 

Sungguh pilu kejamnya tirani waktu 

Tertatih – tatih kulewati padang gersang 

Di penuhi belukar, menusuk ragaku 


Engkau melepaskan aku dalam kehampaan 

Menceraikan nafas, terbagi – bagi oleh waktu 

Di tengah taman kesedihan 

Diam dan terpaku raga ini menyendiri 


Pandanganku semakin dipenuhi kabut 

Aku lelah, aku tak mampu, arus kesedihan menghanyutkanku 

Dalam ketidakpastian yang menyeruak ganas 

Merasuk dekapan nuraniku 


Insan manusia gagah, menepuk dada 

Aku bisa. . . Aku saja. . .  !!!

Kamu tidak mampu . . . Kamu diam. . . !!! 

Pendengaranku sakit, dipukul kata – katanya 


Kamu, dia, mereka, mengamuk dengan ego tinggi 

Bahkan semuanya, menunjukkan cakar berbisa 

Menciptakan kubu yang saling menuduh 


Hari berganti, noda berganti 

Noda pudar, hari pun ikut memudar 

Tak tahu berapa jumlah yang dilewati 

Mengharapkan waktu yang menyembuhkan 


Penyesalan semakin dalam dan sedih 

Kau yang dulu bersamaku, telah menjauh 

Kau yang dulu di dekatku, telah hilang 

Sangkaku hari – hari lenyap,  tak terganti 


Lentera hidup menyinari, rasa, raga, ego kita 

Merenungi lembaran yang terajut kasih 

Menyatukan asa yang terpisah mati 

Kini aku melihatnya, kemenangan diselimuti badai 


Perahu yang kutumpangi 

Melaju terus ke tengah samudra  

Aku pun sendiri tak tahu di mana ‘kan berlabu 

Perahu pelayananku


Mencari sebuah harapan yang tak terbentuk 

Aku selalu bermohon dalam ketegaran jiwa 

Dan kuyakini Allah yang hidup 

Memancarkan cahaya abadinya.


Aco Matital

Mata Empat, 06 September 2022

Komentar

Postingan Populer